Uncategorized

UBOPLAY – Anggota Komisi I DPR Minta Masyarakat Tak Tergiur Praktik Pemindaian Iris Mata demi Rp250 Ribu

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN, Farah Puteri Nahlia

Liputan6.com, Jakarta – Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PAN, Farah Puteri Nahlia, mewanti keras maraknya praktik pemindaian biometrik iris mata oleh masyarakat dalam proyek Worldcoin/World ID. Menurut dia, hal itu berpotensi menyerahkan data pribadi yang sangat sensitif yang dapat menyeret bangsa ini ke dalam jebakan kolonialisme gaya baru.

“Ini bukan sekadar soal insentif. Ini eksploitasi. Dengan kedok inklusi digital, warga negara kita dijadikan kelinci percobaan teknologi global, tanpa perlindungan hukum yang memadai,” kata Farah seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (7/5/2025).

Farah menilai, regulasi soal pindai mata belum cukup siap dilakukan saat ini. Namun, data warga sudah keburu dikumpulkan. “Ini bukan lagi kelalaian, ini pengabaian serius terhadap kedaulatan digital nasional,” tegas Farah.

Ia mengingatkan, data biometrik bukan seperti password yang bisa diubah. Sekali bocor, dampaknya permanen dan dapat membuka jalan bagi kejahatan siber, mulai dari pencurian identitas, manipulasi pengenalan wajah, hingga pengintaian massal.

“Kita sedang menghadapi potensi pelanggaran hak asasi manusia dalam bentuk digital, yang pelakunya adalah entitas asing dengan motif ekonomi dan kekuasaan teknologi,” wanti dia.

Farah pun prihatin atas kurangnya literasi digital di kalangan masyarakat, yang justru dimanfaatkan oleh korporasi luar negeri untuk mengambil data vital warga Indonesia dengan imbalan uang kecil.

“Itu bukan insentif. Itu harga murah untuk masa depan yang bisa dikendalikan pihak luar,” kritik dia.

 


2 dari 3 halaman

Langkah Tegas Komdigi

Namun begitu, Farah menyambut langkah tegas Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) yang membekukan sementara izin operasi Worldcoin di Indonesia serta memanggil operator lokal untuk diperiksa.

“Negara harus hadir, bukan hanya sebagai regulator, tetapi pelindung utama hak-hak digital warganya,” minta dia.

Farah memastikan, dirinya berkomitmen untuk terus mengawasi keberadaan proyek-proyek teknologi asing yang tidak transparan serta mendorong penguatan UU Perlindungan Data Pribadi agar Indonesia tidak terus-menerus dijadikan ‘lumbung data’ oleh kekuatan global.

“Ini bukan sekadar urusan teknologi. Ini tentang kedaulatan, martabat, dan masa depan bangsa. Jangan biarkan iris mata rakyat dibeli murah, lalu dijual mahal di pasar data global,” Farah menandasi.

 

3 dari 3 halaman

Dapat Imbalan Rp250 Ribu

Sebagai informasi, bagi warga yang bersedia dipindai matanya digadang akan mendapat imbalan uang sebesar Rp250.000 hingga Rp800.000. Mengetahui hal itu, warga pun rela menyerahkan data pribadi yang sangat sensitif.

Diketahui, Proyek World ID diketahui dijalankan oleh Tools for Humanity, perusahaan berbasis di San Francisco dan Berlin, melalui mitra lokal di Indonesia. Menggunakan alat pemindai canggih bernama Orb, proyek ini aktif di 29 lokasi di Indonesia.

Menurut laporan investigatif MIT Technology Review, Worldcoin telah berulang kali menggunakan metode manipulatif di negara-negara berkembang. Selain iris mata, mereka mengumpulkan email, nomor telepon. Celakanya, memanen iris mata dan data pribadi lainnya dari masyarakat yang sebagian besar tidak menyadari dampak jangka panjang dari tindakan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *