:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5196340/original/066488800_1745401320-673_x_373_rev__10_.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, kembali mencuat di tengah masyarakat. Banyak kalangan menilai Soeharto layak mendapatkan gelar tersebut atas jasa-jasanya dalam membangun bangsa dan menjaga stabilitas nasional.
Dukungan serupa datang dari Dewan Pimpinan Pusat Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (DPP AMPI). Sekretaris Jenderal DPP AMPI, Hendra Paletteri, menyebut Soeharto sebagai sosok penting dalam sejarah pembangunan Indonesia sekaligus tokoh yang memiliki kontribusi besar terhadap kelahiran dan perkembangan AMPI.
Menanggapi gelombang dukungan tersebut, praktisi hukum Agus Widjajanto menyatakan bahwa generasi muda kini semakin memahami sejarah bangsa, khususnya kader muda Partai Golkar yang tergabung dalam AMPI.
“Saya melihat para generasi muda Partai Golkar paham sejarah bangsa ini, sehingga melalui DPP AMPI para generasi muda turut serta menyuarakan gelar Pahlawan bagi Pak Harto dan itu sangat layak diberikan,” ujar Agus Widjajanto di Jakarta, Kamis, 1 Mei 2025.
Sebagai praktisi, Agus berharap generasi muda di Indonesia dapat kembali mempelajari perjalanan kepemimpinan Soeharto selama menjabat sebagai Presiden ke-2 RI, yang menurutnya telah melahirkan banyak tokoh besar bangsa.
“Sebagai pemimpin di Indonesia, Pak Harto banyak melahirkan tokoh-tokoh besar yang hari ini memiliki peran besar dalam memajukan bangsa Indonesia. Maka perlu kiranya para generasi muda kembali belajar dari gaya kepemimpinan Pak Harto yang menginginkan Indonesia menjadi negara maju,” tegasnya.
Agus juga mengulas kiprah Soeharto sejak masa perjuangan kemerdekaan. Menurutnya, Soeharto memainkan peran vital sejak Agresi Militer Belanda I tahun 1946, Agresi Militer Belanda II tahun 1948, hingga Serangan Umum 1 Maret di Yogyakarta.
“Pak Harto punya peran sangat besar sejak negara ini berdiri, dimulai dari Agresi Militer Belanda pertama tahun 1946, Agresi Militer Belanda kedua tahun 1948, Serangan Umum 1 Maret yang lebih dikenal serangan enam jam di Jogjakarta—peran Pak Harto sangat vital—dilanjutkan sebagai Panglima Mandala dalam perebutan Irian Jaya, serta yang paling spektakuler adalah peran beliau pada saat peristiwa 1965 menyelamatkan bangsa ini dari percobaan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berakibat gugurnya tujuh jenderal AD sebagai Kusuma Bangsa. Jadi bukanlah peran yang kecil, dimana hampir seluruh usia beliau dihabiskan untuk pengabdian terhadap bangsa ini,” jelasnya.
Jagat dunia maya dihebohkan dengan kemunculan sosok pria yang mengaku adalah anak kecil yang pernah bertanya ke Soeharto kenapa presiden cuma satu. Sosok tersebut adalah Hamli Ndigani, warga Salakan, Kepulauan Banggai yang kini bekerja sebagai juru s…
Pencapain Indonesia di Orde Baru
Agus juga menyoroti pencapaian Indonesia di era Orde Baru, termasuk keberhasilan mencapai swasembada beras, serta posisi ekonomi Indonesia yang kala itu disebut mengungguli beberapa negara Asia lain.
“Saat pemerintahan Orde Baru, Indonesia mencapai swasembada beras, peringkat ekonomi terkuat di Asia, melebihi Korea Selatan, Jepang, bahkan Singapura yang dijuluki macan Asia. Stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan sangat terjaga—merupakan fakta yang tidak bisa dibohongi dari sisi sejarah perjalanan bangsa,” ujar Agus.
Ia menegaskan, pengakuan terhadap Soeharto sebagai pahlawan sudah terjadi secara de facto di masyarakat. Namun, menurutnya, negara tetap perlu memberikan pengakuan resmi secara hukum.
“Secara de facto masyarakat mengakui dan sudah menganggap Pak Harto pahlawan, akan tetapi secara de jure, pemerintah harus tetap menjustifikasi pengakuan dari masyarakat tersebut melalui Keputusan Presiden bahwa Pak Harto adalah Pahlawan Nasional,” pungkas Agus Widjajanto.
… Selengkapnya